Kamu hanyalah sebuah selingan. Sebuah proyek. Dan sekarang, proyeknya sudah selesai. Aku sudah bosan. (Tidak Ada Cinta di Antara Kita)
***
Di balik fasad kesuksesan dan senyumnya yang terkendali, Rita Laksmi adalah seorang wanita yang dilanda kekeringan panjang. Sebagai janda dominan di belantara Jakarta, ia telah lama melupakan rasa dari sentuhan yang memabukkan, membiarkan hasratnya tertidur di bawah lapisan karier dan tanggung jawab. Namun, di sebuah malam yang hangat di beranda rumah Depok yang tampak sempurna, ia melihatnya. Deni, seorang suami yang baik hati dengan tatapan mata yang menyimpan kebosanan, terikat pada Yuni, istrinya yang manis namun rapuh. Rita, dengan insting predatornya yang tajam, bisa merasakan ada retakan di bawah permukaan surga kecil mereka, sebuah celah di mana dahaga terpendam bisa merembes masuk.
Malam itu, sebuah rahasia terucap di antara gelas-gelas anggur. Sebuah bisikan putus asa dari seorang istri yang tak pernah terpuaskan, sebuah keluhan tentang kejantanan seorang suami yang justru terasa menyakitkan. Bagi Yuni, itu adalah pengakuan yang memalukan. Namun bagi Rita, bisikan itu adalah sebuah peta harta karun, sebuah undangan ke sumber mata air yang terlarang. Ia kini tahu di mana letak rasa haus Deni yang sesungguhnya—bukan pada cinta, tapi pada pengakuan. Ia melihat seorang pria yang memiliki senjata perkasa, namun tak pernah diajari cara menggunakannya dengan benar, dan seketika itu juga, Rita memutuskan untuk menjadi gurunya.
Maka dimulailah sebuah pendidikan yang intim dan berbahaya. Rita tidak menawarkan cinta; ia menawarkan sesuatu yang jauh lebih mendasar. Ia adalah oasis di tengah padang pasir frustrasi Deni. Dengan sentuhan yang terkalibrasi dan bisikan yang meruntuhkan pertahanan, ia menunjukkan pada pria itu bagaimana rasanya didambakan, bagaimana rasanya menjadi sumber kenikmatan, bukan sumber rasa sakit. Di tangannya, Deni yang kaku berubah menjadi murid yang patuh, menenggak setiap tetes gairah yang ditawarkan, akhirnya merasakan kejantanannya dipuja oleh wanita yang tahu persis bagaimana cara memuaskan dahaganya sendiri.
Hubungan mereka tidak memiliki nama, hanya jadwal yang tak terduga dan aturan yang dingin. Deni menjadi teman rahasianya, dipanggil hanya saat Rita merasakan kerongkongannya kering karena hasrat. Pertemuan mereka adalah transaksi nafsu yang cepat dan brutal—di kamar hotel transit yang pengap, di kursi mobil yang sempit, bahkan di ranjang pernikahan Deni sendiri saat istrinya terlelap. Bagi Rita, Deni adalah minuman keras pelepas dahaga yang bisa ia teguk kapan pun ia mau, lalu ia singkirkan saat rasa hausnya telah reda. Ia adalah teman pemuas dahaga, tidak lebih.
Namun, setiap dahaga yang dipuaskan selalu meninggalkan keinginan untuk minum lagi. Apa yang terjadi ketika seorang pria yang hanya dianggap sebagai pelepas dahaga mulai menginginkan seluruh mata air untuk dirinya sendiri? Saat seorang teman mulai melupakan perannya dan mendambakan lebih dari sekadar pertemuan rahasia? Dalam permainan di mana hanya ada satu pemenang, seberapa dalam seorang suami bisa tenggelam saat ia menyadari bahwa bagi wanita yang membangkitkannya, ia tidak akan pernah menjadi lebih dari sekadar teman pemuas dahaga?
Contents:
Prolog: Sunyi di Apartemen Jakarta—1
Undangan di Teras Belakang Depok—13
Rahasia di Antara Gelas Anggur—31
Saat Kucing Pergi—47
Penaklukan Pertama—65
Di Bawah Selimut yang Sama—83
Aturan Permainan—99
Panggilan Tengah Malam—115
Di Sarang Musuh—135
Epilog: Tidak Ada Cinta di Antara Kita—155