Bagas kamu ada di kamarmu?, aku kesana sekarang ya
Aku menekan tombol kirim sebelum aku sempat berubah pikiran. Tanpa menunggu balasan, aku menyambar kunci motor dan jaket, lalu melesat keluar, menembus malam Yogyakarta menuju asrama. Menuju dosaku. (hal 38-39)
***
Di balik papan strategi dan aroma wedang jahe yang selalu ia siapkan, Ayu Larasati adalah sosok yang nyaris sempurna. Sebagai manajer tim futsal universitas yang disegani, kecantikannya yang khas Jawa dan profesionalismenya yang tanpa celah menciptakan sebuah benteng tak tersentuh. Bagi para pemain muda yang ia asuh, ia adalah "Mbak Ayu", seorang kakak, seorang ibu, dan sebuah fantasi terlarang yang hanya berani mereka kagumi dari jauh. Namun, di balik tatapannya yang tenang dan senyumnya yang terkendali, ada sebuah dunia lain yang tak seorang pun tahu.
Jauh di dalam hatinya, Ayu menyimpan sebuah kekosongan. Hubungan jarak jauh dengan Arya, kekasih hatinya di Jakarta, meninggalkan sebuah dahaga yang menyiksa. Malam-malam panjang di Yogyakarta ia lalui dalam kesendirian, memeluk guling sambil membayangkan sentuhan yang tak kunjung datang. Gairah yang seharusnya ia curahkan untuk satu nama, kini terpendam menjadi bara panas yang berbahaya, menunggu satu percikan untuk meledak menjadi api yang tak terkendali.
Percikan itu datang dalam wujud Bagas, sang kapten tim yang perkasa. Di sebuah malam yang seharusnya biasa saja, Bagas datang dengan sebuah pengakuan yang mengguncang: sebuah kerapuhan yang tersembunyi di balik otot dan reputasinya. Ia memohon sebuah "pelajaran" yang tak pernah ia dapatkan, sebuah permintaan yang melanggar semua aturan. Di hadapan permohonan itu, Ayu dihadapkan pada pilihan mustahil: antara kesetiaannya pada Arya, rasa kasihan pada kaptennya, dan bisikan gelap dari tubuhnya sendiri yang menjeritkan kebutuhan.
Satu malam kesalahan seharusnya menjadi rahasia yang terkubur selamanya. Namun, di dunia yang penuh testosteron dan ego, rahasia adalah senjata. Janji yang telah diucap hancur berkeping-keping, dan gairah terpendam Ayu kini bukan lagi miliknya sendiri. Ia menjadi target, sebuah piala yang diperebutkan. Permohonan dari satu orang kini berubah menjadi ancaman dari yang lain, menyeretnya lebih dalam ke dalam jaring pemerasan dan nafsu yang tak berujung.
Kini, Ayu tidak hanya bertarung melawan para serigala yang mengincarnya, tapi juga melawan pengkhianatan dari tubuhnya sendiri yang ternyata menikmati setiap sentuhan terlarang. Seberapa jauh ia akan jatuh untuk melindungi dunianya? Dan apa yang terjadi ketika sang manajer cantik yang terhormat menemukan bahwa neraka yang ia masuki, ternyata terasa begitu nikmat?
Contents:
Mbak Ayu dan Para Jagoan Kampus—1
Kopi, Kretek, dan Keluh Kesah Sang Kapten—17
Pelajaran Pertama—33
Di Balik Topeng Sang Kapten—51
Bisik-Bisik di Lorong Asrama—63
Bayaran Kedua—77
Senjata di Dalam Genggaman—93
Tiga Serigala di Ambang Pintu—107
Neraka yang Menjadi Surga—121
Ratu di Atas Puing-Puing—135