***
Di sebuah rumah kecil di pinggir Depok, Yasmin menginjakkan kaki dengan harapan sederhana: menumpang pada kakaknya, Vera, selama masa kuliah. Rumah itu hangat, berdebu, menyambut—tapi bukan miliknya. Ada Ruli, suami Vera, lelaki dengan mata jernih dan senyum tenang yang perlahan menyelinap ke dalam pikirannya. Awalnya, hanya detail kecil yang ia perhatikan—suara seraknya memanggil namanya, jari-jarinya yang mendorong kacamata, langkahnya yang santai tapi yakin. Namun, di balik kehangatan itu, ada bara kecil yang mulai menyala, menanti angin untuk menjadikannya api.
Vera sibuk, hilang dalam dunia kantornya, meninggalkan Yasmin dan Ruli dalam sunyi yang berbahaya. Dari obrolan ringan di ruang makan hingga tawa di tengah hujan, kedekatan mereka tumbuh—perlahan, lalu liar. Malam pertama itu datang tanpa rencana, di kamar tamu yang sepi, ketika tubuh mereka akhirnya bicara lebih jujur daripada kata-kata. Tapi itu bukan akhir—hanya permulaan. Lima malam terlarang menyusul, dari dapur yang gelap hingga ranjang Vera sendiri, setiap sentuhan membakar lebih dalam, setiap napas menjerat mereka dalam dosa yang tak bisa dilepas. Apa yang Yasmin pikir hanya rasa nyaman ternyata adalah keliru yang tak terucapkan.
Yasmin berubah. Dari gadis yang pasif, ia belajar mengambil—membuka celana Ruli di sofa, menari di atasnya dengan liar, bahkan menelan hasratnya dalam keberanian yang ia temukan di sudut-sudut gelap internet. Ruli, yang awalnya menjaga jarak, tak lagi bisa menolak—matanya penuh badai, tangannya penuh dosa. Dapur menjadi altar, sofa menjadi medan perang, dan koridor menyimpan jeritan yang disembunyikan. Tapi di balik setiap ciuman, setiap dorongan, ada bayang Vera yang tak pernah benar-benar pergi. Apa yang mereka bakar bersama, mungkinkah hanya menyisakan abu?
Ketika malam kelima usai, realitas mengetuk pintu. Vera pulang, tak tahu apa yang telah terjadi di rumahnya sendiri—di ranjangnya, di dapur tempat ia biasa minum kopi. Yasmin bersembunyi di kamar, tubuhnya masih membawa bekas Ruli, aroma yang tak bisa ia hapus, dan rasa bersalah yang kini menjerat dadanya. Ruli diam, tapi matanya berkata lain—ia juga terbakar, juga tenggelam. Rumah yang dulu hangat kini penuh retakan, setiap sudut menyimpan rahasia yang mengancam runtuh. Bisakah mereka berhenti, atau akankah api itu terus menyala hingga tak ada lagi yang tersisa?
"Gairah Adik Ipar yang Keliru" adalah kisah tentang cinta yang salah, hasrat yang tak terkendali, dan harga dari setiap sentuhan terlarang. Lima malam yang membakar jiwa mereka, lima malam yang mengubah segalanya. Di antara tawa Vera yang tak curiga dan sunyi yang penuh dosa, Yasmin dan Ruli terjebak dalam pertanyaan yang tak terjawab: apakah cinta ini layak dipertahankan, atau hanya keliru yang akan menghancurkan semua? Buka halamannya, dan rasakan panasnya—tapi hati-hati, api ini mungkin juga membakarmu.