Apakah ini sebuah wabah alami? Atau bagian dari perang biologi yang melibatkan negara adikuasa, korporasi raksasa, dan kelompok-kelompok rahasia yang beroperasi global? Permata Pertiwi nyaris tewas dalam usaha menguak salah satu misteri terbesar pada milenium ketiga.
[Mizan, Mizan Publishing, Bentang Pustaka, Bentang, Novel, Fiksi, Indonesia]
Akmal Nasery Basral membagi periode kreativitasnya sebagai novelis menjadi periode pertama (2005–2014) dan periode kedua (2018–sekarang). Pada periode pertama karya-karya prosanya lebih dominan bercorak novel sejarah atau novel biografi seperti Nagabonar Jadi 2 (2006), Sang Pencerah (2010), Presiden Prawiranegara (2011) atau Napoleon dari Tanah Rencong (2013). Termasuk pada periode ini adalah novel pertama Imperia (2005) yang kemudian bermetamorfosis menjadi Trilogi Imperia (Ilusi Imperia, Rahasia Imperia, Coda Imperia) yang muncul pada 2014 dan merupakan tafsir prosaistiknya terhadap keadaan di Indonesia pasca-Reformasi 1998.
Setelah itu, dia vakum menulis selama 4 tahun karena minat dan perhatiannya teralihkan oleh hal lain. Baru pada 2018 karyanya kembali muncul sekaligus menandai periode kedua yang mulai dicirikan karya-karya nonsejarah seperti dwilogi Dilarang Bercanda dengan Kenangan (2018 & 2020), Te O Toriatte (Genggam Cinta) yang terbit pada 2019, kumpulan cerpen Putik Safron di Sayap Izrail (2020), serta novel Disorder ini. Karyanya yang masih “berbau novel biografi” pada periode ini adalah Setangkai Pena di Taman Pujangga (2020) yang merupakan novel pertama dari kehidupan ulama dan pujangga besar Buya HAMKA.
Penulis bisa dihubungi melalui IG: @akmalbasral atau surel: [email protected].