Mas Raka memberikan sebuah amplop berwarna coklat. Seperti biasa, setiap kali ia gajian akan diberikan semuanya padaku. Aneh saja sebenarnya, di jaman modern begini, masih ada gajian secara langsung dan bukan ditransfer via ATM.
"Makasih banyak ya, Mas. Semoga berkah dan rejekinya makin bertambah-tambah aamiin."
Kuterima pemberiannya. Mas Raka mengangguk sambil tersenyum.
"Mas mandi dulu, ya."
"Iya."
Mas Raka berlalu dari hadapanku. Diletakkannya gawai dan juga dompet di atas nakas. Kemudian berjalan menuju kamar mandi.
Aku mulai menghitung isi uang dalam amplop. Mas Raka bekerja di sebuah pabrik kayu. Gajinya tak besar. Tak sampai tiga juta.
"Kamu itu terlalu lempeng. Mana ada gajian pake amplop tanpa slip gaji. Pabrik suami kamu itu termasuk besar lho. Aneh banget kalau nggak ngikutin UMR?"
Ucapan Karin beberapa waktu lalu terngiang di telingaku. Membuat tak fokus saja. Kugelengkan kepala cepat. Suamiku pria yang baik. Mana mungkin ia curang padaku.