Aku lagi-lagi bimbang, tak bisa memutuskan. Aku tahu seharusnya aku menolak dan berkata tidak. Pria itu bisa saja adalah pria jahat sadis yang berniat untuk memperkosaku. Aku lalu kembali meminum minumanku untuk menghangatkan tenggorokanku dan kemudian jawaban itu bahkan mengejutkan diriku sendiri. “Ya, oke.”
Aku melihat pria itu langsung menghabiskan minumannya dalam satu teguk lalu bangun dari kursi. Aku melakukan hal yang sama dan mengikutinya. Dia meraih tanganku dan aku berusaha keras mengabaikan sensasi yang menjalariku lalu kami berjalan kembali ke dalam keramaian kelab, melewati DJ lalu menuju ke sebuah pintu ganda di dinding terjauh, agak tersembunyi dari pandangan orang-orang. Pria itu membukanya lalu membimbingku masuk. Aku sempat berpikir untuk berbalik dan kabur tapi aku sudah berjalan sampai sejauh ini, jadi ada baiknya aku membiarkan diriku melangkah lebih jauh dan melihat apa yang akan terjadi.