Semester baru di kampus tua Fakultas Sastra seharusnya biasa saja bagi Fikri Reksonegoro. Tapi suara langkah yang tak berpemilik, ruang kuliah yang tak tercatat, dan cermin yang tak memantulkan apa pun membawa Fik ke lorong-lorong gelap yang bukan sekadar ruang kosong melainkan tempat para roh tertinggal menunggu giliran.
Ketika pintu ruang 304 terbuka sendiri, Fik tak sadar bahwa ia sedang melangkah masuk ke rahim dunia lain. Di dalamnya, sejarah kampus yang terlupakan, ritual kuno Jawa, tumbal yang tak selesai, dan mantra-mantra terkutuk hidup kembali. Bayangannya mulai bergerak tanpa dia, dan namanya tertulis dalam daftar sesajen.
Lalu ia bertemu Saraswati perempuan yang tak sepenuhnya manusia, dan mungkin satu-satunya yang masih bisa membedakan antara pelindung dan pengganti. Tapi ketika cinta batin mereka tumbuh, Fik harus memilih menyelamatkan Saraswati… atau membebaskan roh-roh yang selama ini dikurung dalam cermin dan aksara.
Yang Fik belum tahu dirinya bukan pewaris pelindung. Ia adalah roh lama yang dikunci ulang, dan Saraswati… hanyalah gadis biasa yang memilih mengurung cinta demi menyelamatkan dunia.
Dan pada halaman terakhir buku catatan Simbok, nama pembaca mulai tertulis sendiri…
Yuliarti lahir di Pekalongan, 27 April 1990. Ia adalah seorang dosen Bahasa Indonesia di STMIK Palangkaraya yang diam-diam lebih akrab dengan kata-kata daripada orang-orang. Sejak kecil, ia gemar mendengarkan cerita mistis dari Ayah dan Kakeknya kisah tentang roh leluhur, lorong-lorong gaib, dan suara-suara yang hanya terdengar oleh mereka yang “berani diam.” Roh Pengganti adalah karya fiksi keduanya, yang ditulis di sela-sela mengajar, menyusun jurnal akademik, dan malam malam sunyi di bawah pohon waru. Novel ini adalah perpaduan antara horor kampus, mistisisme Jawa, dan refleksi eksistensial tentang warisan, tubuh, dan identitas. Baginya, menulis adalah ritual. Setiap kalimat adalah mantra, dan setiap bab adalah pintu. Karena itu, ia tidak menulis untuk menghibur, melainkan untuk mengingatkan bahwa yang paling menyeramkan bukanlah yang muncul di tengah malam, tetapi yang tertinggal diam dalam diri kita sendiri.