Melalui kisah ini, saya ingin mengajak pembaca untuk menyelami dunia Desa Tambakoso yang terbelah oleh sungai—dua sisi yang memiliki ceritanya sendiri namun terkait oleh satu sosok: Sarip. Dalam novel ini, saya mencoba menggambarkan dilema moral yang dihadapi oleh Sarip, yang di satu sisi dikenal sebagai seorang pemberontak dan pencuri, namun di sisi lain dihormati oleh masyarakat miskin yang selalu ia bantu.
Sarip bukanlah tokoh sempurna; ia pemarah dan keras kepala, namun juga memiliki kasih yang dalam pada ibunya dan kepedulian yang besar pada mereka yang tertindas. Melalui perjalanan hidupnya, kita melihat bahwa perjuangan untuk melawan ketidakadilan tidak selalu mudah dan seringkali menuntut pengorbanan yang besar. Sosok Sarip menggambarkan bagaimana kekuasaan, kemiskinan, dan ketidakadilan bisa memaksa seseorang untuk bertindak di luar batas hukum, namun tetap mempertahankan kemanusiaannya.
Saya harap, kisah ini dapat menjadi inspirasi untuk kita semua agar selalu memiliki kepedulian terhadap sesama dan terus memperjuangkan keadilan, meski dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Kehidupan Sarip dan masyarakat di sekitarnya mengajarkan kita tentang pentingnya keberanian untuk melawan ketidakadilan dan bagaimana persatuan bisa menjadi kekuatan yang tak tergoyahkan.
Selamat membaca!
Penulis, tinggal di Singosari, Kabupaten Malang