TERTANGKAP BASAH DI RUMAH KOSONG

· MDP
4.7
6 Rezensionen
E-Book
583
Seiten
Bewertungen und Rezensionen werden nicht geprüft  Weitere Informationen

Über dieses E-Book

Sayup-sayup terdengar suara wanita dan pria tertawa lepas dari dalam rumah yang hendak Deliana bersihkan. Laju langkah Deliana terpaksa harus terhenti, sedetik kemudian ia naik di beranda. Perlahan ia mendekatkan telinga di pintu untuk mendengar siapakah pemilik suara tersebut.

"Dasar dungu, mau aja dikadalin."

Suara wanita itu terdengar jelas. Entah siapa yang ia maksud 'dungu'?

"Hmm." Pria itu hanya berdehem, tapi suaranya kecil.

Perasaan Deliana mulai tidak enak. Bagaimana bisa seseorang menerobos masuk sedangkan kunci rumah peninggalan orangtuanya itu ada bersamanya? Deliana mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres terjadi.

'Baru kali ini ada orang yang lancang masuk ke rumah mama. Siapa mereka? Siang-siang begini mengurung diri dalam rumah. Tidak pengap? Atau jangan-jangan mereka menjadikan rumah ini sebagai tempat ...?' Deliana mulai memikirkan hal yang tidak-tidak.

Tangannya siap menggedor-gedor pintu dengan keras, tetapi kemudian tangan mungil itu ia turunkan perlahan. Wanita berumur dua puluh enam tahun itu memutuskan masuk secara diam-diam melalui pintu belakang.

Sebenarnya kedatangan Deliana adalah untuk membersihkan rumah itu setelah satu tahun lebih tidak ditinggali. Ia ingin pindah rumah. Bukannya tidak ingin tinggal seatap dengan mertuanya, hanya saja ia paham, orang yang sudah berkeluarga harusnya tidak bergantung pada orang tua. Deliana ingin hidup mandiri bersama suaminya.

Meski mertuanya yang baik itu sudah melarang, Deliana tetap bersikeras. Sebab, mertuanya masih punya dua orang anak perempuan yang bisa menjaganya bila sewaktu-waktu ia sakit. Jadi, tidak mengapa Deliana pindah. Begitu pikirnya.

Suaminya sudah berjanji, sepulang dari Bandung nanti. Mereka akan pindah ke rumah peninggalan orang tua Deliana. Beberapa hari lagi suaminya akan kembali. Semangat Deliana begitu menggebu-gebu. Ia ingin rumahnya bersih, secepatnya. Namun, ternyata kedatangannya disambut suara penghuni baru yang entah siapa.

Deliana berhasil membuka pintu dapur. Ia terkejut melihat dapur rumah mamanya berantakan. Kompor sangat kotor, lantai pun sama dan piring di wastafel sudah menumpuk. Itu artinya mereka sudah lebih satu hari tinggal di rumah Sintya, almarhum mamanya Deliana.

"Tidak punya adab sekali mereka! Siapa yang mengizinkan tinggal di sini?" gumamnya, emosi.

Tidak bisa dibiarkan! Deliana harus melaporkannya pada pihak berwajib. Jemarinya siap menghubungi nomor polisi.

Akan tetapi, niatnya urung tatkala mendengar suara langkah seseorang menuju dapur. Deliana gegas menutup pintu, lalu berlari ke kamar mandi. Bersembunyi di sana dengan perasaan takut. Bagaimana jika orang yang berada di rumah almarhum mamanya itu adalah orang jahat? Bagaimana jika ia dibunuh?

Deliana geleng-geleng kepala membayangkan yang tidak-tidak. Ia berkeringat, jantungnya deg-degan. Dalam hati tak henti memanjatkan doa. Lindungilah, lindungilah dan lindungilah dari kejahatan makhluk yang bernama manusia. Sungguh, ia sangat takut. Apalagi hanya sendirian.

'Aku harus menghubungi Kakak Ipar. Ya, harus,' batinnya, gelisah.

Sial oh, sungguh sial. Baterai ponselnya malah tiba-tiba lowbat. Kini ia terkurung dalam kamar mandi tidak tahu harus berbuat apa-apa. Air matanya menetes. Pada Allah, ia kembali berdo'a, memohon dilindungi dari mereka.

"Mas, si dungu itu tidak akan ke sini 'kan?" Suara wanita itu kembali terdengar.

Si dungu? Siapa yang ia maksud dungu? Pikir Deliana.

Deliana menghapus air matanya. Ia mendekatkan telinga di pintu, mendengar baik-baik si pemilik suara, siapa tahu ia kenal. Namun, nihil. Suara wanita itu tidak dikenalnya. Sedangkan pria yang ditunggu-tunggu Deliana bersuara, malah tak sedikitpun pernah memperdengarkan suaranya.

"Ditanya, kok diam sih, Mas?" kejar wanita itu.

Deliana masih menguping sesekali mengatur napas yang tidak beraturan. Pun dalam hati tak henti berdoa atas keselamatannya.

"Mau ke mana Mas?" Lagi-lagi suara wanita itu terdengar.

"WC." Akhirnya bersuara juga.

Deliana seketika menutup mulut, terkejut, syok. Bukan karena pria itu akan masuk ke WC, bukan, bukan karena itu.

Ia memegang dadanya dengan napas yang semakin sulit beraturan. Air matanya merembes keluar. Hatinya perih, bagai disayat-sayat tajamnya belati.

"Mas Leon? Benarkah itu Mas Leon?" bisiknya, nyaris tidak terdengar.

Kenop pintu bergerak, Deliana memasang badan di depan pintu. Ia siap menghadapi kenyataan pahit yang dirinya dikhianati di awal tahun pernikahan.

Pintu terbuka lebar, mata pria yang memang ternyata adalah Leon, membulat sempurna. Ia gegas menutup pintu dan berbalik melihat istrinya bermandikan keringat dan air mata.

Dalam suasana seperti ini, apa yang akan dilakukan Leon? Di luar wanita itu menunggunya. Sedangkan di sini, di kamar mandi ia dalam keadaan tertangkap basah oleh istrinya. Bagaimana Leon akan menyelesaikan masalahnya?

Next?


Bewertungen und Rezensionen

4.7
6 Rezensionen

Dieses E-Book bewerten

Deine Meinung ist gefragt!

Informationen zum Lesen

Smartphones und Tablets
Nachdem du die Google Play Bücher App für Android und iPad/iPhone installiert hast, wird diese automatisch mit deinem Konto synchronisiert, sodass du auch unterwegs online und offline lesen kannst.
Laptops und Computer
Im Webbrowser auf deinem Computer kannst du dir Hörbucher anhören, die du bei Google Play gekauft hast.
E-Reader und andere Geräte
Wenn du Bücher auf E-Ink-Geräten lesen möchtest, beispielsweise auf einem Kobo eReader, lade eine Datei herunter und übertrage sie auf dein Gerät. Eine ausführliche Anleitung zum Übertragen der Dateien auf unterstützte E-Reader findest du in der Hilfe.