Di sebuah desa terpencil bernama Cibinong Kecil, diapit bukit sunyi dan sawah yang menguning, tinggal seorang remaja berusia tujuh belas tahun bernama Arviano Pradipta. Bagi orang kampung, Arviano cuma anak biasa yang suka ngoprek barang-barang rusak di halaman belakang rumah. Tapi bagi sebagian kecil orang yang mengenalnya lebih dalam, dia adalah bocah jenius yang kepalanya penuh dengan skema rumit, baling-baling buatan tangan, dan mimpi setinggi langit.