PSEUDOGRAFI TAFSIR AL-JILANI

Melalui pendekatan filologis, historis, dan tekstual yang ketat, buku ini menguraikan argumen-argumen dari berbagai pihak yang terlibat dalam polemik ini. Namun, penulis secara tegas menyoroti kelemahan klaim pro-atribusi dan menyajikan bukti-bukti yang hampir tak terbantahkan untuk mendukung teori pseudografi. Bukti-bukti tersebut meliputi:

1. Anomali Kronologis: Adanya kutipan langsung dari karya-karya ulama yang hidup jauh setelah Syekh Abdul Qâdir al-Jîlânî wafat, seperti Ibnu 'Arabî dan syair dari Abdurrahman al-Jami (pada teks yang hilang dalam tafsir al-jilani namun ada dalam al-fawatih al-ilahiah karya An-Nakhjuwani)

2. Perbedaan Doktrinal dan Metodologi: Analisis komparatif menunjukkan bahwa corak tasawuf dan metodologi penafsiran dalam kitab ini sangat berbeda secara fundamental dengan karya-karya asli al-Jîlânî.

3.Temuan Tekstual dan Ilmiah: Penulis memaparkan temuan orisinal tentang kesamaan redaksi yang nyaris sempurna antara Tafsîr al-Jîlânî dengan kitab Fawâtih al-Ilâhiyah karya an-Nakhjuwânî, serta adanya lompatan pengetahuan saintifik yang mustahil ada pada masa al-Jîlânî.

"Pseudografi / Pseudepigrapha Tafsir al-Jîlânî" bukan hanya berupaya mengungkap kebenaran di balik sebuah karya yang kontroversial, tetapi juga berusaha menghadirkan contoh bagaimana integritas dan objektivitas akademis dapat diterapkan untuk menjaga kemurnian warisan keilmuan Islam. Buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi, peneliti, dan siapa pun yang tertarik dengan sejarah intelektual Islam.