Pada pandangan pertama, mungkin tampak aneh untuk mencampur dua area ini dan orang mungkin berpikir bahwa didaktik bahasa kedua tidak diajarkan ketika bahasa periklanan diajarkan. Akan tetapi, di bidang periklanan, peningkatan penulisan paralel multipenandaan dalam kaitannya dengan kegiatan penulisan iklan mungkin menyarankan bahwa kedua subjek ini (bahasa asing komunikasi dan periklanan) kadang-kadang harus menyatu ke arah jenis didaktik yang sama. Dalam praktik selanjutnya, dalam bentuk yang lebih praktis, manfaat yang sama juga bisa dicapai ketika buku ini digunakan oleh mahasiswa Prodi Bahasa Inggris Sekolah Vokasi UGM.
Bergabung dengan FIB UGM pada 1992, sebagai dosen Sastra Prancis, Muslikh Madiyant memiliki kebiasaan membuat bahan ajar untuk kuliah-kuliah yang diampunya. Menulis adalah bagian dari aktivitasnya sejak SMA, menulis fiksi utamanya. Novel anak-anaknya, semasih di sekolah menengah atas, diterbitkan mingguan ibukota dan majalah Zaman (grup Tempo), di antaranya Lidah Getih dan Si Merah. Setelah menjadi mahasiswa Fakultas Sastra UGM menjadi kontributor sejumlah koran lokal (KR, Minggu Pagi, Yogya Post) dan nasional, dari tahun 1982 sampai dengan 1996. Pada tahun 1998 lakon anak-anaknya memenangi Sayembara Nasional Penulisan Lakon DKJ (Dewan Kesenian Jakarta), juga dengan judul Si Merah. Dia juga menulis trilogi Dongeng Negeri Bubrah (Dongeng Negeri Santri, Dongeng Negeri Para Jumawa, Dongeng Negeri Ngakak), logi yang pertama sudah diterbitkan oleh penerbit rekanan Departeman Agama. Trilogi ini ditulisnya saat menjadi pengajar di jurusan Sastra Prancis FIB UGM. Setelah menjadi pengajar di Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya Sekolah Vokasi UGM, minatnya terkembang ke dunia penelitian manajemen budaya. Minatnya ini membuatnya dekat dengan masyarakat desa mengembangkan desa-desa wisata, festival-festival budaya (Festival Memedi Sawah dan Festival Sewu Kitiran), dan merevitalisasi kesenian rakyat. Dia lahir di Semarang dan besar di Tanjungkarang (Bandarlampung).