Dan, betapa luar biasa yang akhirnya menghantam Anto Labil, si penyair higienis itu. Di pulau kecil itu ia beroleh penglihatan tentang sastra Indonesia: dari atas, bawah, samping kanan dan kiri, pula di mata badai pusarannya. Ia menyaksikan sejumlah penulis yang berdarah Midas—apa saja yang disentuh jadi duit, penyair yang berbakat miskin sampai ke putih tulang, penulis hantu dan hantu penulis, sampai kiamat sastra Indonesia. Sekalipun ia meyakini dirinya adalah penyair sepenuhnya, Anto Labil merasa sudah menjadi tugas sucinya menulis novel di pulau itu.
Berangkat dari kecintaan pula ketakjuban tak putus terhadap apa yang disebut sastra Indonesia, Martin Suryajaya mengopyok tragedi, komedi, spekulasi, halusinasi, Sapardi, pula Sutardji dalam Sebelum Hancur Lebur—perjalanan rohani Anto Labil sebelum ia bertahun-tahun kemudian menulis novelnya yang menggegerkan sastra Indonesia: Kiat Sukses Hancur Lebur.
Buku persembahan penerbit baNANA
#baNANA