Apakah kebusukan (pelaku) politik baru terjadi pada abad-abad sekarang? Tentu saja tidak. Buktinya, buku ini menggambarkan bahwa sejak dahulu, politik itu rawan penyelewengan, kesewenang-wenangan, arogansi, dan kezhaliman.
Bukankah “Raja adalah bayangan Tuhan”? Bagaimana jika bayangan Tuhan itu terus-terusan mabuk? Bukankah kekuasaan akan terus eksis bersama raja yang kufur (tapi adil), dan akan hancur dengan penguasa yang zhalim (meski beriman)?
Seharusnya, buku ini menjadi handbook para penguasa. Dan seminggu sekali, setidaknya mereka mengkhatamkan buku ini supaya tahu bahwa menjadi “bayangan Tuhan” itu tidak mudah! Serta, kekuasaan bukanlah ubo rampe, kado terima kasih, yang pantas dibagi-bagikan untuk sanak-famili, apalagi relawan!