Melalui telaah atas objek-objek nyata seperti masjid tradisional, rumah adat yang dikomodifikasi, hingga ruang publik yang dipolitisasi, Dian Nafi menyuguhkan refleksi mendalam tentang bagaimana arsitektur menyimpan, menegosiasikan, atau bahkan menyembunyikan konflik nilai.
Tidak berhenti pada kritik, buku ini juga menawarkan paradigma baru dalam memandang ruang—yakni ruang sebagai titik ketegangan yang produktif. Di tengah dunia yang semakin cair, justru keteganganlah yang menjadi ruang ketiga: ruang kreasi, ruang refleksi, dan ruang perubahan.
Cocok bagi akademisi, arsitek, perancang kota, mahasiswa, maupun siapa pun yang ingin menyelami lebih dalam makna ruang di era penuh paradoks ini.
Dian Nafi adalah seorang arsitek, penulis, dan pengamat budaya urban yang telah lama berkecimpung dalam kajian ruang sebagai cerminan dinamika sosial, spiritual, dan ekologis. Ia menempuh pendidikan arsitektur di Universitas Diponegoro.
Karya-karya Dian menjembatani antara disiplin arsitektur, sastra, spiritualitas, dan aktivisme komunitas. Melalui pendekatan yang reflektif dan transdisipliner, ia mengembangkan teori Hybrid Paradox, yaitu ketegangan arsitektural yang tidak diselesaikan secara biner, melainkan diterima sebagai medan kreatif.
Selain menulis buku dan artikel ilmiah, Dian aktif dalam pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan desain partisipatif, workshop ruang spiritual gender-sensitif, dan inisiasi ruang kolektif ekologis di berbagai daerah.
Buku ini adalah bagian dari perjalanan panjangnya dalam memaknai arsitektur sebagai ruang tafsir, bukan sekadar konstruksi. Sebuah panggilan untuk membaca ulang ruang—dari luar dan dari dalam.