BUYUNG: POTONG AYAM

· MDP
5,0
1 avis
Ebook
1757
Pages
Les notes et les avis ne sont pas vérifiés  En savoir plus

À propos de cet ebook

Aku dan adikku Kino, asyik memberi pakan pada ayam ternak kami. Senang sekali rasanya melihat anak ayam sudah banyak. Kino merasa sangat senang jika setiap sore kami memberi makan ayam peliharaan itu.

"Bang, kapan kita potong ayam?" tanya kino.

"Kenapa? Kino mau makan ayam?" Kulemparkan senyum meledek pada adikku itu.

"Iya, Bang. Kan udah lama sekali kita tak makan ayam. Terakhir waktu Kino kelas satu. Sekarang Kino udah kelas dua," ujar Kino.

"Berarti udah setahun dong, ya, kita tak makan ayam?" celahku.

"Iya, Bang. Pokoknya Kino kepingin sekali makan ayam."

"Ya, sudah, nanti Abang bilang sama Bapak, biar kita potong ayam, ya?"

"Iya, Bang."

Kino tersenyum, manis sekali. Semanis buah Manggis.

*

"Pak, besok kita potong ayam, ya?"

Malamnya, setelah selesai salat isya, aku bicara pada Bapak. Sambil menghisap tembakau, beliau menjawab ucapanku.

"Ayam jangan dipotong dulu, biar besar dan banyak dagingnya," ujar Bapak sembari memilin-milin rokoknya.

"Tapi ayamnya 'kan sudah banyak yang besar, Pak," timpalku. Memang ayam-ayam itu sudah banyak yang besar, bayangkan sudah setahun ini kami tak memakannya.

"Kamu ini, dibilang kok, malah bantah."Bapak mulai tak suka dengan omonganku.

"Tapi, Pak. Kino kepingin sekali makan ayam," lanjutku tak mau kalah. Bagaimana pun aku harus bisa memujuk bapak untuk memotong ayam.

"Kino atau kamu yang kepingin," sindir Bapak.

"Kino dan aku, Pak!" jawabku lantang. Sejurus kemudian bapak menatapku garang.

"Nanti kapan-kapan saja!" cecar Bapak seraya berdiri dan masuk ke kamar.

Terus terang hatiku sangat kecewa dengan sikap Bapak. Aku bukannya tidak mau memotong ayam itu sendiri, tapi ... aku masih menghormati Bapak sebagai kepala rumah tangga di rumah kami.

Selama ini, aku yang memelihara semua ternak ayam itu. Bahkan, untuk membeli pakannya, aku gunakan uangku sendiri. Setiap pulang sekolah, aku bekerja di doorsmeer ( tempat pencucian kenderaan roda dua dan empat) yang ada di simpang masuk gang rumah. Uang dua puluh ribu tak pernah kosong di kantongku sepulang bekerja.

Dengan perasaan hampa, aku masuk ke kamar. Kulihat Kino sudah tidur dengan lelap mungkin kecape'an tadi main layangan dengan temannya.

 *

"Bang, kapan jadi masak ayamnya?" tanya Kino saat kami hendak berangkat ke sekolah.

"Abang enggak tau, coba tanya Bapak saja," usulku. Siapa tau kalau adikku itu yang minta, Bapak mau mengabulkannya.

"Nggak berani, nanti Bapak marah."

"Ya, sudah, ayok kita berangkat."

Aku dan adikku Kino pun berangkat sama ke sekolah. Aku sudah kelas satu SMP, sekolahku melewati sekolah Kino. Setiap harinya kami berjalan kaki ke sekolah.

Bapak kami memang terkenal pemarah, tetapi itu hanya kepada kami saja, tidak untuk orang lain. Jarang sekali bapak mau tersenyum apalagi tertawa pada kami. Bahkan, bicara pun kami jarang, hanya seperlunya saja.

Dengan ibu pun sama, Ibu terkenal sangat cerewet dan judes. Juga hanya pada kami, kalau pada orang lain, Ibu sangat ramah. Entahlah, apakah kami ini anak kandung mereka atau tidak, soalnya tak pernah kulihat orang tua berlaku seperti itu dengan anak-anak mereka.

Kalau kalian bertanya, mungkin saja kami yang nakal? Menurutku tidak, kami bukanlah anak yang nakal. Terlebih aku, sebelum sekolah semua pekerjaan rumah, kecuali mencuci kain dan memasak, aku yang melakukannya. Sepulang sekolah, ganti baju, dan makan siang, terus pergi ke doorsmeer.

*

Beberapa hari kemudian---pada hari Minggu, tiba-tiba kulihat Bapak potong ayam. Wahhh ... hatiku dan Kino senang sekali. Ayam jago pula yang bapak potong. Tak apalah, biar kami puas makan daging ayamnya, hehehe ....

"Bang, nanti kalau udah masak, Kino mau paha-nya, ya?" Sambil mencabuti bulu ayam, aku dan Kino bersembang ria.

"Iya, tenang ajalah ... Abang mau kepalanya. Wihh, enaknya," kuedarkan lidah di sekitar bibirku. Aku sampai mengeluarkan air liur sangking tergiurnya.

Sembari menunggu ayamnya masak, kami beres-beres ruang tamu. Kemudian Bapak menyuruh kami membentangkan permaidani di ruang tengah.

Tak lama, di depan rumah, ada suara mobil berhenti. Kemudian suara orang mengucap salam pun terdengar.


Notes et avis

5,0
1 avis

Attribuez une note à ce ebook

Faites-nous part de votre avis.

Informations sur la lecture

Téléphones intelligents et tablettes
Installez l'appli Google Play Livres pour Android et iPad ou iPhone. Elle se synchronise automatiquement avec votre compte et vous permet de lire des livres en ligne ou hors connexion, où que vous soyez.
Ordinateurs portables et de bureau
Vous pouvez écouter les livres audio achetés sur Google Play en utilisant le navigateur Web de votre ordinateur.
Liseuses et autres appareils
Pour pouvoir lire des ouvrages sur des appareils utilisant la technologie e-Ink, comme les liseuses électroniques Kobo, vous devez télécharger un fichier et le transférer sur l'appareil en question. Suivez les instructions détaillées du centre d'aide pour transférer les fichiers sur les liseuses électroniques compatibles.