Buku ini adalah sebuah epos komedi Ramadhan yang berlatar di masa awal kemerdekaan Indonesia, ketika pengumuman puasa belum ditetapkan lewat siaran televisi atau internet, melainkan lewat pengumuman tulis tangan dan laporan warga yang... kadang terlalu kreatif.
Mengisahkan tokoh M. Ramelan—sang "Pengurus Mesdjid sementara" yang lebih mirip ketua ronda daripada ulama besar—kisah ini membawa kita menyusuri lorong waktu ke masa ketika kata "resmi" punya banyak tafsir, dan "boelan" bisa berarti apa saja yang bersinar dan bulat di langit, termasuk... lampu merah.
Lewat gaya bahasa lawas yang kocak dan narasi penuh absurditas, buku ini tak hanya mengajak pembaca untuk tertawa, tetapi juga mengajak kita mengenang semangat kebersamaan, kesederhanaan, dan cara-cara rakyat Indonesia dulu menyambut bulan suci dengan penuh suka cita dan kekompakan yang unik.
Selamat membaca dan bersiaplah tertawa bersama kisah "Ketika Hilal Semarang Bikin Heboh Sekota." Sebuah Ramadhan yang tak akan pernah ditemukan di buku sejarah—karena ia terlalu lucu untuk dilupakan.