Buku ini sebaiknya diposisikan sebagai sosiologi destruktif dengan bersumber datanya dari pulau Madura. Hal ini penting kami utarakan karena hampir sebagian besar teori besar dan studi sosiologi yang kita pelajari bersumber dari bangsa Eropa. Misalnya, sosiologi solidaritas sosial dari Durkheim, sosiologi rasionalitas sosial dari Weber, dan sosiologi kelas sosial dari Marx yang data-data utamanya berasal dari masyarakat Eropa, mulai dari Perancis hingga Jerman. Sosiologi destruktif yang diangkat pada buku ini berasal dari dunia kehidupan bangsa Madura yang secara sistematika dibagi empat bab. Bab pertama menguraikan perspektif dasar dan metode fenomenologi yang berkaitan dengan pikiran, tindakan, dan destruksi sosial. Bab kedua berisikan tentang historiografi bangsa Madura yang punya hubungan erat dengan Islam, kolonial, dan jagoan Madura sehingga membuat Madura dikenal bangsa petarung. Bab ketiga menyajikan suatu fenomena destruksi sosial dalam kaitannya dengan politik dan agama tuna makna di pulau Madura. Bab keempat mengulas refleksi temporal sebagai perjalanan menuju pintu gerbang sosiologi destruktif yang bisa menjadi inspirasi maupun provokasi destruksi sosial yang berasal dari bangsa di luar Madura, terutama bangsa-bangsa lain di Indonesia yang beragam fenomenanya.
Semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca yang ingin berkenalan-dengan dan mengantarkan diri-kepada sosiologi destruktif, fenomenologi destruktif, melalu studi lapangan di pulau Madura. Agar, naskah ini menginspirasi mereka untuk membuat karya lebih baik di kemudian hari, dan di tempat lain di luar pulau Madura yang kaya ragam fenomenanya di Nusantara, Indonesia. Setiap buku yang hadir bukan akhir dari segalanya, meskipun segala-galanya akan berakhir sama pada waktunya, sesuai kehendak-Nya.
Ardhie Raditya adalah Sosiolog dan fenomenolog asal Madura. Lahir dan besar di ibu kota pulau Madura. Memiliki minat besar pada kajian budaya, pendidikan kritis, sosiologi pendidikan, dan sosiologi pengetahuan. Sosiologi Unej adalah pendidikan akademik level pertamanya dengan menyelesaikan tugas akhirnya bertema kultur pendidikan di Madura. Gelar masternya, level akademik keduanya, berhasil diraih dari Pascasarjana Sosiologi UGM dengan tugas akhir bertema dunia jagoan Madura dalam hubungannya pada historisitas lintas bangsa di dunia dan politik nasional di Indonesia. Pada masa covid, dia berhasil meraih pendidikan akademiknya level berikutnya, di Prodi KBM (Kajian Budaya dan Media) di Sekolah Pascasarjana UGM dengan konsentrasi globalisasi, lokalisasi, budaya anak muda, dan musik populer di kota-kota musikal lintas spasial ‘Madu-Jawa’ (Madura-Jawa). Semua pendidikan formal akademiknya ‘disponsori’ oleh kantong pribadi, sanak keluarga, dan dari menulis di media massa. Ilmunya diabadikan di sejumlah institusi ternama, seperti Unesa, UNS, UT, Unira, IAIN Madura, Unair, UMM, IAIN Sunan Ampel, UMG, Komunitas Maiyah Nusantara, Bappeda Jatim dan Madura, hingga lingkaran akademik di level istana.
Beberapa buku yang pernah dilahirkannya adalah Tafsir Konflik dan Kekerasan (2010), Sosiologi Tubuh (2014), Arena Pengetahuan (editor, 2014), Pendidikan Anti Pendidikan (2016), Pedagogi Kaum Terkunci (2021), Silsilah Dunia Hitam (2023), Karakter Orang Madura (2023), dan Teater Kekerasan (yang sedang Anda baca ini). Semua kerja-kerja intelektual ini dibiayai mandiri, tanpa subsidi dari negara maupun institusi pendidikan, melalui perasan keringat dari honor sebagai narasumber nasional, menulis Jurnal, dan menulis artikel di Jawa Pos, Kompas, Kedaulatan Rakyat, Solopos, Suara Merdeka, dan lain sebagainya. Pernah menjadi relawan pengungsi konflik etnis dan antar kelompok agama di Madura secara nir laba dan akhirnya membentuk komunitas budaya anak muda 11/12 pasca kerusuhan etnis dan agama itu sebagai bentuk pengabdian pada bangsa, ilmu pengetahuan, dan agamanya.