Ketika ia menjelajahi tanah Tiongkok menurut orang Batui Kontong, Luwuk Banggai ia diberi nama Cuya Lang Kung. Sedangkan di Gorontalo dikenal dengan nama Sarigade, Lahilote. Di kerajaan Banawa, Donggala dikenal dengan nama Opuna Luwu, Afna Wara, Opuna Ware. Di Tawaeli, Donggala selain nama Savirigadi juga dikenal dengan nama Saidina Ali Muhammad, Said Abu Bakar, Usman Ali, Hasan, Husein, dan Umar. Di Bima Nusa Tenggara (Gima) dikenal dengan nama Sangirgading (dari silsilah Raja-raja Bima). Di semenanjung Malaysia, Sawerigading dikenal dengan nama Sambargading, Sayurgading, dan Sawirakading (Tuhfah Al-Nafis, oleh Abdul Rahman El-Ahmadi).
Naskah kuno Lontara menceritakan kisah sang legenda dengan epik dan punya ciri khas. Menggambarkan betapa panjangnya kisah yang dulu terjadi penuh intrik dan gejolak permasalahan bergemelut. Baik dalam keluarga, lingkungan kerajaan, rakyat bahkan dunia lain yang terbagi (dunia atas dan dunia bawah, langit dan bumi). Semua terlukis dengan baik sekalipun tidak ada dokumentasi visual yang disuguhkan untuk menggambarkan sosok fisik sang pesohor tersebut.
Dalam buku ini dijelaskan secara rinci tentang kisah perjalanan Sawerigading. Mulai dari kisahnya di Sulawesi selatan, barat, tengah, tenggara sampai utara. Tak lupa catatan etnoreflika sebagai penunjang bukti masa lalu keberadaannya ketika itu. Buku ini dapat dijadikan referensi bagi masyarakat yang berkecimpung dalam kebudayaan khususnya budaya lokal, folklore, jelajah geografis dan sejarah Sulawesi. Sekaligus menjadi bahan bacaan untuk membedah kedalaman epos Sawerigading yang menarik dikaji.
Anthi Max adalah seorang penulis muda yang berprofesi sebagai dosen di Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari. Menangani beberapa mata kuliah seperi Antropologi Sosial Budaya, Folklore Indonesia, Antropologi Kesehatan, Antropologi Psikologi, Antropologi Pariwisata, Ko Kurikuler Kesenian, dan Wawasan Kemaritiman.
Lahir di Kendari 5 Oktober 1988, kini perempuan energik ini juga membuka kelas untuk mahasiswa sebagai ruang diskusi. “Kelas Bayangan” merupakan nama dari kegiatan tersebut, dimana interaksi antara mahasiswa dan dosen sangat akrab dan fleksibel. Kelas menulis ini membahas tulisan mahasiswa sebagai bahan skripsi, karya ilmiah, ajang lomba menulis, project khusus sampai artikel.
Tak hanya dalam kelas, dia juga aktif sebagai pelatih tari ketika event kesenian diadakan di kampus. Walaupun belajar secara otodidak, namun tidak sedikit pula hasil karya yang diciptakan mendapatkan pujian dan membanggakan. Seperti event PASEBA (Pekan Seni dan Budaya) yang menjadi agenda tahunan Jurusan Antropologi UHO.
Sebelumnya penulis juga sudah membuat buku dengan judul Tari Dinggu: Dulu dan Sekarang (Tari Masyarakat Petani Tolaki di Bumi Sulawesi Tenggara).
Tak hanya di dunia akademik, penulis juga aktif dalam dunia investasi saham. Belajar ekonomi tidak harus mengenal latar belakang pendidikan karena semua membutuhkan pengetahuan pengelolaan keuangan. Penulis aktif dalam berbagai seminar dan pertemuan baik nasional mapun internasional dalam urusan ekonomi, fintech, teknologi aplikasi, start up, khususnya kalangan investor.