Novel ini bukan sekadar catatan sejarah. Ia adalah sebuah upaya untuk menghidupkan kembali denyut nadi seorang pemuda yang ditakdirkan memikul beban dunia di pundaknya. Kita akan menyusuri lorong masa dari sudut pandang orang ketiga—menyaksikan bagaimana ambisi dibentuk, persahabatan diuji, pengkhianatan terjadi, dan pada akhirnya, bagaimana warisan seorang raja tak hanya dibangun dari kota-kota dan medan perang, tetapi juga dari luka yang ditinggalkannya.
Sebagian kisah dalam buku ini berpijak pada sejarah, sebagian lagi lahir dari ruang interpretasi sastra. Tidak semua fakta disajikan secara kronologis atau lengkap; namun setiap bab dirancang untuk menggugah pertanyaan: Apa artinya menjadi besar, jika akhirnya dilupakan oleh darah dan waktu?
Semoga buku ini bukan hanya membawa pembaca menelusuri perjalanan epik seorang tokoh besar, tetapi juga mengajak merenung tentang sifat dasar manusia—tentang kekuasaan, keabadian, dan arti sejati dari kejayaan.
Penulis, tinggal di Singosari, kabupaten Malang