Konsep pendidikan sepanjang hayat (lifelong education) dan belajar sepanjang hayat (lifelong learning) merupakan dua istilah yang sering dipertukarkan penggunaannya. Padahal, keduanya memiliki perbedaan mendasar, baik dari segi filosofi, pendekatan, maupun implementasi. Buku ini mencoba menjawab kebutuhan literatur yang mengupas secara kritis perbedaan sekaligus hubungan sinergis antara kedua konsep tersebut.
Pendidikan sepanjang hayat lebih banyak dipahami sebagai sistem yang disusun secara terstruktur oleh negara atau lembaga pendidikan untuk memastikan kesempatan belajar bagi setiap individu sepanjang kehidupannya. Sementara itu, belajar sepanjang hayat menekankan pada sikap individu untuk secara mandiri dan aktif mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai sepanjang hidupnya, baik melalui pendidikan formal, nonformal, maupun informal.
Di era globalisasi yang penuh disrupsi teknologi, perdebatan mengenai lifelong education dan lifelong learning menjadi semakin relevan. Buku ini berupaya menguraikan bagaimana kedua konsep tersebut dapat saling melengkapi dalam membangun masyarakat pembelajar (learning society) yang adaptif terhadap perubahan zaman. Melalui buku ini, pembaca akan diajak menelusuri akar historis dan filosofis kedua konsep tersebut, serta melihat bagaimana praktiknya diimplementasikan di berbagai negara, termasuk peluang dan tantangan di Indonesia. Penulis berharap, pembahasan ini dapat memperkaya wawasan para akademisi, praktisi pendidikan, pembuat kebijakan, dan masyarakat umum.