"Ciuman Jeni terasa seperti rumah yang tak pernah Amelia kenal. Bibirnya lembut namun menuntut, lidahnya adalah seorang penjelajah ulung yang memetakan setiap sudut mulut Amelia dengan keyakinan yang membuatnya merinding." (Aturan yang Dilanggar)
"Logikaku menjeritkan kata 'sakit', tapi tubuhku mulai membisikkan kata yang berbeda."
"Aku telah pergi ke neraka pengkhianatan, dan di sana, aku tidak menemukan kehancuran. Aku justru menemukan singgasanaku." (Gairah dari Pengkhianatan)
"Aku tidak mau kembali ke versi kita yang semula. Aku menginginkan ini. Aku menginginkanmu. Versi dirimu yang ini. Yang kuat. Yang liar. Yang tidak takut untuk mengambil apa yang ia inginkan." (Percakapan di Bawah Selimut)
"Kau tidak lagi berbicara sebagai gadis yang takut pada fantasinya. Kau berbicara sebagai seorang wanita yang telah bertemu langsung dengan naganya, dan alih-alih membunuhnya atau lari darinya, kau justru telah belajar cara menungganginya." (Terapi Sang Dewi Baru)
"Aku telah bertemu dengan monster di dalam diriku, dan alih-alih lari, aku justru telah belajar menari dengannya." (Epilog)
***
Puncak adalah kanvas, dan kabut adalah kuas sang pelukis, menyentuh lereng-lereng gunung dengan dingin dan basah, sama seperti jemari Ani Marliana membelai udara, menanti kedatangan jiwa-jiwa yang haus petualangan di Villa Kenikmatan. Aroma kamelia dan tanah basah memenuhi udara, menjanjikan pengalaman yang menggoda di tengah senja yang membiru, tempat di mana norma-norma di luar sana melebur menjadi bisikan hasrat yang tersembunyi. Ani, sang pendeta tinggi di kuil hasrat ini, dengan senyum tipis di bibirnya, tahu bahwa malam akan segera menyingkap tirai, mempersilakan Jeni dan Rio, pasangan baru, untuk memulai tarian mereka di atas kanvas Villa Kenikmatan.
Amelia, dengan setiap kilometer di Tol Cipularang, merasa dirinya yang lama terkikis, digantikan oleh getaran antisipasi yang gelap dan menggairahkan. Di dalam mobil Pajero yang melaju, tangannya yang gemetar dalam genggaman Dani adalah pengakuan bisu akan perjalanannya menuju fantasi terlarang—fantasi tentang penyerahan diri, tentang ikatan, tentang kehilangan kendali yang selama ini tersembunyi di sudut tergelap benaknya. Setibanya di Villa Kenikmatan, di depan kontrak bertuliskan "semua aturan hubungan monogami", ia mengubah satu kata menjadi "beberapa", sebuah tindakan kecil yang mengisyaratkan bahwa meskipun ia akan melangkah ke jurang, ia akan melakukannya dengan jaring pengaman, setidaknya untuk saat ini.
Permainan twister di tepi kolam adalah tarian kontak yang disengaja, sebuah dalih "tidak bersalah" untuk merasakan kulit asing. Setiap putaran papan menuntut posisi yang semakin intim, tubuh-tubuh menjadi patung manusia yang hidup, jalinan keringat dan tawa canggung. Amelia, yang awalnya ragu, menemukan dirinya tanpa atasan, payudaranya yang padat menantang tatapan ingin tahu. Di tengah rasa malu yang luar biasa, sebuah respons tak terduga muncul: putingnya mengeras, sebuah bukti bisu gairah yang tak bisa dipungkiri. Ia telah ditelanjangi, dan dalam prosesnya, ia menemukan baju zirah baru, sebuah percikan keberanian yang baru saja dinyalakan.
Di ruang remang-remang yang dihiasi buku-buku tua dan cahaya api, fantasi Amelia menjadi hidup. Syal sutra hitam menutupi matanya, mempertajam indra-indra lain: aroma lili dari parfum Jeni, suara derak api, dan sentuhan lembut di kulitnya. Nikita dan Jeni, dengan gerakan disengaja, mengikatnya di atas dipan, mengubahnya menjadi kanvas pasrah yang siap untuk dijelajahi. Setiap sentuhan, setiap bisikan, setiap jilatan yang tak teridentifikasi, membangun tekanan yang nikmat, mengubah rasa malu menjadi getaran kekuasaan, mengantarkannya pada orgasme tsunami yang menghancurkan batasan dirinya yang lama.
Ketika Amelia keluar dari kamar mandi, senyumnya membeku, dunianya runtuh. Pemandangan Dani yang menyerah pada mulut Jeni adalah pengkhianatan yang dingin, namun di tengah rasa sakit itu, sebuah api aneh menyala—gairah yang lahir dari cemburu, dari keinginan untuk membalas. Ia tidak berteriak, tidak menangis, melainkan mengambil Rio, membalas pengkhianatan dengan pengkhianatan, menciptakan keseimbangan baru di atas ranjang yang kusut. Di bawah hentakan Rio, dengan mata terpaku pada Dani dan Jeni, Amelia mencapai orgasme kemenangan, sebuah ledakan nuklir yang menegaskan kelahirannya kembali sebagai ratu di singgasana yang dibangun di atas dosa. Kini, ia telah menemukan sayapnya, dan Villa Kenikmatan telah menjadi paspor menuju musim baru yang liar dan tak terduga.
Contents:
Prolog: Ulang tahun di Vila Kenikmatan—1
Perjanjian di Ambang Pintu—11
Percikan Pertama di Tepi Kolam—23
Permainan Kulit dan Kain—33
Ikatan Sang Bidadari—51
Undangan ke Kamar Pribadi—69
Aturan yang Dilanggar—83
Gairah dari Pengkhianatan—103
Percakapan di Bawah Selimut—119
Terapi Sang Dewi Baru—133