“Bagaimana mungkin aku bisa terangsang oleh pemandangan yang paling menyakitkan dalam hidupku? Bagaimana mungkin rasa cemburu dan gairah bisa hidup berdampingan di dalam tubuh yang sama, pada saat yang bersamaan?” (Semangka dan Ciuman Pertama)
“Aku telah dibawa ke puncak tertinggi kenikmatan oleh tangan suamiku, yang dituntun oleh wanita simpanan fantasinya. Logika memberitahuku bahwa ini adalah situasi yang paling rumit dan menyakitkan. Tapi yang kurasakan saat itu hanyalah rasa syukur.” (Getaran yang Membebaskan)
***
Tujuh belas tahun pernikahan telah membangun sebuah istana yang nyaman untuk Kristina dan Dodi, namun di dalam kamar tidur mereka, apinya telah lama menyusut menjadi bara yang nyaris tak terasa. Didorong oleh kebosanan dan fantasi yang tak terucap, Dodi menawarkan sebuah solusi radikal: satu akhir pekan di sebuah vila eksklusif di Puncak, sebuah surga tersembunyi yang menjanjikan lebih dari sekadar liburan. Bagi Kristina, seorang istri yang setia dan ibu yang berbakti, ini adalah sebuah pertaruhan. Ia setuju, bukan karena hasrat, melainkan karena cinta dan ketakutan—takut kehilangan pria yang dicintainya dalam keheningan yang membekukan. Ia tidak tahu bahwa untuk menyelamatkan pernikahannya, ia harus terlebih dahulu mengorbankan semua yang ia yakini tentang kesetiaan.
Vila Kenikmatan menyambut mereka bukan dengan pintu, melainkan dengan cermin. Setiap sudutnya yang mewah, setiap bisikan musiknya yang meditatif, dirancang untuk memantulkan kembali jiwa para tamunya. Di sini, topeng-topeng dunia luar ditanggalkan bersama pakaian, dan satu-satunya aturan adalah bahwa tidak ada aturan. Saat Kristina melangkah masuk ke dalam panggung para pendosa yang indah ini, ia melihat suaminya terbangun, matanya menyala dengan gairah yang telah lama hilang. Namun, gairah itu tidak ditujukan untuknya, melainkan untuk kemungkinan-kemungkinan tak terbatas yang ditawarkan oleh tubuh-tubuh asing yang berkilauan di bawah cahaya temaram.
Malam itu, mimpi terburuk sekaligus fantasi terdalam suaminya menjadi nyata. Kristina dipaksa menjadi penonton saat bibir Dodi menyatu dengan bibir wanita lain. Racun cemburu yang membakar menjalari nadinya, sebuah rasa sakit yang begitu tajam hingga nyaris merobek hatinya. Namun di tengah siksaan itu, sebuah pengkhianatan yang lebih aneh terjadi di dalam tubuhnya sendiri. Sebuah kehangatan terlarang mulai merayap di antara kedua pahanya, sebuah denyutan halus yang menjawab rasa sakitnya dengan gairah. Di sanalah ia pertama kali menyadarinya: bahwa di dalam dirinya, kenikmatan dan penderitaan adalah dua sisi dari mata uang yang sama.
Di dalam Altar Merah yang berdenyut, di mana desahan menjadi sebuah simfoni, Kristina akhirnya menyerah. Bukan pada pria lain, melainkan pada dirinya sendiri. Dengan bantuan dari seorang pemandu yang tak terduga dan sebuah tongkat sihir yang menjanjikan keajaiban, dinding pertahanannya runtuh. Ia tidak hanya menemukan orgasme; ia menemukan sebuah pelepasan dahsyat yang mengguncang jiwanya, sebuah ekstasi murni yang selama ini terkunci rapat di dalam tubuhnya yang sopan. Malam itu, ia tidak ditaklukkan, ia justru menaklukkan dirinya sendiri.
Kristina meninggalkan vila itu sebagai wanita yang berbeda. Ia telah memasuki gerbang neraka untuk menemukan surganya sendiri. Kini, setelah merasakan bagaimana rasanya benar-benar terbebas, bagaimana rasanya tubuhnya menjerit dalam kenikmatan yang tak terkendali, sebuah pertanyaan baru menghantuinya. Setelah kau menemukan pintu menuju kepuasan absolut, bisakah kau rela kembali ke ruangan yang nyaman namun tanpa jendela? Karena Kristina tahu, ia telah menemukan sebuah kunci, dan ada bagian dari dirinya yang tidak akan pernah mau dikurung lagi.
Contents:
Prolog: Bisikan dari Puncak—1
Jalan Buntu Bernama Rutinitas—11
Kontrak di Atas Kertas dan Hati—25
Panggung Para Pendosa—41
Semangka dan Ciuman Pertama—59
Topeng Fetish, Wajah Hasrat—81
Selamat Datang di Altar Merah—101
Getaran yang Membebaskan—117
Gairah Setelah Badai—135
Pencerahan di Sofa Terapi—153