Prolog

Sudah kulakukan yang dia pinta, menyembunyikan status hubungan dari semua orang bahkan dari keluarganya. Namanya Andika Johansyah, putra satu-satunya dari pemilik perusahaan tempatku bekerja.

Tahun lalu, aku diterima bekerja di perusahaan bonafit milik keluarga konglomerat nomor satu di kota ini. Awalnya biasa saja setiap kali bertemu dengan CEO perusahaan itu. Sang CEO sekaligus putra owner, sering wira-wiri di hadapanku karena memang aku bekerja satu tim di bawah kendalinya.

Hubungan kami pun sama seperti karyawan lainnya, normal dan tidak ada yang istimewa. Sampai pada suatu hari, aku terlibat pertengkaran dengan mantan pacar. Di depan kantor, aku hampir mendapat kekerasan secara fisik andai tidak diselamatkan oleh seseorang. Seseorang itu tak lain adalah pak Andika. Setelah hari itu, hubungan kami menjadi dekat. Di kantor pun, tak jarang terlibat obrolan dan candaan. Pak Andika pun tak segan mengantar pulang. Tentu status kami sebatas bawahan dan atasan.

Suatu hari, Pak Dika mengungkapkan perasaannya. Aku tak menduga jika seorang putra konglomerat jatuh cinta pada gadis biasa ini, awalnya menolaknya. Aku sendiri yang seorang yatim-piatu ini takut jika hanya dijadikan permainan oleh lelaki kaya itu.

Pak Andika gigih memperjuangkan perasannya, hingga membuatku percaya. Kami jadian. Pak Andika memintaku menyembunyikan hubungan kami dari orang-orang di kantor. Alasannya, tidak enak menjalankan hubungan di satu lokasi kerja. Aku pun takut jika dianggap mendompleng putra pemilik perusahaan. Pada akhirnya menuruti kemauannya, semua, tanpa terkecuali. Termasuk menyetujui ide gila menikah siri.

Hingga satu tahun kemudian, apa yang kutakutkan terjadi padaku juga. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, aku kehilangan semua yang kupunyai. Tak tersisa, pun harga diri ini seperti telah di bawah telapak kakinya.