Sinopsis

Ketika ijab qabul diucapkan, maka di situlah yang namanya kekurangan dan kelebihan pasangan harus di terima dengan lapang dada. Lalu bagaimana jika kekurangan pasangan begitu parah? Tidak bisa memasak, tidak mau mengurus suami, tidak mau mendengar petuah suami padahal itu kebaikan untuknya. Lalu apa sebaiknya yang di lakukan? Terus bersabar atau menggantinya dengan yang baru?

Disitulah pernikahan di uji. Seperti apa yang di alami seorang lelaki bernama Bima. Dijodohkan dengan wanita yang ternyata tak bisa melakukan apapun, akibat doktrin sang ibu sedari kecil. Bahwa sandang, pangan, dan papan adalah kewajiban suami. Istrinya tak pernah peduli apalagi ingin mengurusnya, sehingga Bima kesulitan ketika ingin makan dan melakukan semua pekerjaan rumah sendiri. Tapi tekad, harapan, dan keyakinan kuat bahwa suatu saat sang istri bisa berubah, membuatnya mampu bersabar menghadapi kelakuan sang istri.

Namun saat seorang gadis manis datang dan memiliki kemampuan memasak melebihi di atas rata-rata, yang mampu memanjakan lidah seorang Bima, akankah ia berpaling dan akan mampu terus bersabar menghadapi kelakuan ajaib istri dan ibu mertuanya?

Blurb

"Aku pulang. Assalamualaikum." Tak terdengar jawaban dari dalam rumah. Seorang lelaki usia tiga puluhan hanya bisa menghela napas. Pasti istrinya sedang sibuk nonton televisi.

Ia membuka pintu dan masuk. Benar saja, istrinya sedang tiduran manis di sofa sambil ngemil camilan. Mengabaikan dirinya yang baru pulang bekerja.

Tak pernah ada sambutan plus senyuman hangat. Apalagi secangkir kopi panas. Tidak ada. Bukan ia tak pernah protes dan mempertanyakan sikap istrinya. Pernah suatu ketika ia tanyakan. Kenapa tak pernah menyiapkan makanan atau kopi atau semacamnya. Jawabannya sungguh mengejutkan. "Mas itu tugas suami. Tugas istri hanya melayani di kasur saja. Selain itu, ya, Mas kerjakan sendiri. Emang aku babu kamu."

Ya. Ia sekarang paham kenapa istrinya tak ingin memasakan makanan untuknya, merapikan rumah, mencuci bajunya, mencuci piring, merapikan dan membereskan rumah. Bahkan semenjak mereka menikah hingga empat tahun berlalu. Ia sudah paham.

Impian keluarga yang sakinah dan mawaddah seperti yang Bima bayangkan harus kandas ketika sang istri tak mau menuruti ucapan dan petuahnya. Bahkan tak mau mengurusnya. Apalagi ibu mertua yang selalu ikut campur membuat semuanya menjadi runyam.

Hingga suatu ketika, ia dipertemukan dengan seorang gadis manis dan begitu pandai memasak sehingga mampu memanjakan lidahnya. Akankah ia tergoda? Atau ia akan terus mempertahankan pernikahannya?